HomePenyakitOtot Sering Terasa Kaku? Waspada Gejala Stiff Person Syndrom

Otot Sering Terasa Kaku? Waspada Gejala Stiff Person Syndrom

Apakah Anda sering merasa otot Anda terasa kaku tanpa alasan yang jelas? Mungkin Anda perlu memperhatikan kondisi yang disebut Stiff Person Syndrome (SPS). SPS adalah gangguan langka yang memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan otot menjadi kaku, khususnya pada bagian belakang tubuh.

Lantas, apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi? Yuk, simak ulasan berikut untuk informasi lebih lanjut.

Apa itu Stiff Person Syndrome

Stiff Person Syndrome (SPS) adalah gangguan neurologis langka yang ditandai oleh kekakuan otot yang berlebihan, terutama pada bagian punggung, leher, dan kaki. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kejang otot yang berulang. Kondisi ini juga berkaitan dengan gangguan autoimun.

Dilansir dari John Hopkins Medicine, penyakit ini hanya mempengaruh sekitar satu aau dua dari sejuta orang. Bahkan, seiring berjalannya wakti, penyakit ini dapat menyebabkan perubahan postur tubuh. Dalam kasus yang lebih parah, penyakit ini dapat membatasi kemampuan bergerak atau berjalan.

Meskipun kondisi ini tidak bersifat fatal, namun dapat memerlukan manajemen jangka panjang untuk mengurangi gejala.

Baca juga: 5 Manfaat Olahraga Pilates untuk Kesehatan Lansia, Kuatkan Otot dan Sendi

Penyebab Stiff Person Syndrome

Penyebab pasti Stiff Person Syndrome belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada perkembangannya, diantaranya:

  • Gangguan autoimun

SPS dianggap sebagai gangguan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel saraf yang mengendalikan otot. Kondisi ini dapat terjadi ketika pertahanan alami tubuh (antibodi) melawan organisme asing.

Penderita stiff person syndrome secara otomatis akan membuat antibodi untuk melawan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD). Enzim ini biasanya berpran dalam pembuatan neurotransmitter yang disebut gamma-aminobutyric (GABA) yang membantu mengontrol pergerakan otot.

Diperkirakan sistem kekebalan tubuh pada penderita stiff person syndrome bekerja secara keliru, sehingga menyerang enzim GAD menurunkan jumlah GABA dalam tubuh. Ketika jumlah ini semakin menurun saraf-sara pun akan aktif bekerja bahkan bisa tidak diperlukan sekalipun. Kondisi inilahh yang dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otot dan respons terhadap rangsangan.

  • Infeksi atau trauma

Beberapa kasus SPS muncul setelah infeksi atau trauma fisik atau emosional. Meskipun hubungannya belum sepenuhnya dipahami, infeksi atau trauma dapat memicu reaksi autoimun yang menyebabkan SPS.

  • Faktor genetik

Beberapa kasus SPS memiliki keterkaitan dengan faktor genetik. Jika ada riwayat keluarga dengan gangguan ini, risiko seseorang untuk mengembangkan SPS dapat meningkat.

Baca juga: Beragam Gejala, Kenali 7 Jenis Penyakit Autoimun yang Paling Umum Terjadi

Gejala Stiff Person Syndrome

Dilansir dari Cleveland Clinic, gejala SPS dapat memakan waktu selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Berikut gejala yang bisa dikenali:

  1. Kekakuan otot yang persisten. Kekakuan otot yang terus menerus, terutama di bagian punggung, leher, dan kaki.
  2. Kejang otot yang berulang. Kejang otot yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan seringkali menyakitkan.
  3. Respons terhadap stimulasi sensorik. Beberapa penderita SPS merespon secara berlebihan terhadap rangsangan sensorik, seperti suara atau sentuhan, yang dapat memperburuk kekakuan otot.
  4. Gangguan mobilitas. Kesulitan dalam bergerak dan berjalan karena otot yang kaku dan kejang.
  5. Gangguan keseimbangan. Penderita SPS dapat mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi, membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit dilakukan.
  6. Depresi dan kecemasan. Penderita stiff person syndrome juga memiliki gejala depresi dan kecemasan. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penyakit yang tidak diprediksi. Umumnya, gejala ini terjadi pada pasien dengan tingkat GABA yang rendah.

Cara mengatasi Stiff Person Syndrome

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan SPS, beberapa pendekatan pengobatan dan manajemen dapat membantu mengurangi gejalanya dan meningkatkan kapabilitas serta rasa nyaman ketika bergerak. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi SPS:

1. Melakukan terapi fisik

Terapi fisik adalah komponen penting dalam mengelola SPS. Fisioterapis dapat merancang program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu untuk meningkatkan fleksibilitas, kekuatan otot, dan mobilitas. Latihan reguler dapat membantu mengurangi kekakuan otot dan meningkatkan keseimbangan.

2. Pemberian obat-obatan

Dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu untuk mengelola gejala SPS. Obat-obatan seperti benzodiazepin atau obat anti-kejang tertentu dapat membantu mengurangi kekakuan otot dan kejang. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dan melaporkan setiap efek samping yang mungkin muncul.

Beberapa individu dengan SPS mungkin bisa mendapatkan manfaat dari terapi obat intravena, seperti penggunaan immunoglobulin atau plasmaferesis. Terapi ini bertujuan untuk mengubah respons sistem kekebalan tubuh.

3. Menejemen stres

Kondisi kronis seperti SPS dapat dipengaruhi oleh stres. Teknik manajemen stres, seperti meditasi, biofeedback, atau yoga, dapat membantu mengurangi stres dan meminimalkan dampaknya pada gejala SPS.

Baca juga: Mengenal Terapi Holistik: Metode Alternatif untuk Mengatasi Stres

4. Dukungan psikologis

Mengatasi kondisi kronis seperti SPS dapat memerlukan dukungan psikologis. Konseling atau dukungan kelompok dapat membantu mengatasi dampak emosionalnya.

5. Konsultasi dengan ahli raumatologi dan neurologi

Kondisi kronis seperti SPS dapat dipengaruhi oleh stres. Teknik manajemen stres, seperti meditasi, biofeedback, atau yoga, dapat membantu mengurangi stres dan meminimalkan dampaknya pada gejala SPS.


Insan Medika adalah perusahaan home care terbaik di Indonesia yang telah banyak mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Terdapat 4 layanan keperawatan profesional: PERAWAT MEDISPERAWAT ORANG SAKITPERAWAT LANSIA dan PERAWAT DISABILITAS. Pemesanan cepat, harga transparan dan garansi tak terbatas. Hubungi sekarang!

REFERENSI

Halodoc (2023). 3 Pilihan Penanganan untuk Mengatasi Stiff Person Syndrome. Diakses pada 6 Januari 2024.

Cleveland Clinic (2022). Stiff Person Syndrome. Diakses pada 6 Januari 2024.

Medicine Net (2023). How Long Can You Live With Stiff Person Syndrome?. Diakses pada 6 Januari 2024.

- Advertisement -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nofollow

Artikel Terbaru

Artikel Populer

Pesan Sekarang!
1
Pesan Sekarang!
Butuh Perawat Home Care