Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan berita resminya mengenai perizinan vaksin COVID19 untuk seluruh warga DKI Jakarta yang berusia 18 tahun ke atas. Sebelumya, tahap ketiga vaksinasi yang sudah berjalan hanya diprioritaskan untuk kelompok lansia 50 tahun k eatas dan kelompok rentan saja.
Dikeluarkannya surat Kemenkes soal penyebarluasan vaksin COVID19 untuk kelompok usia 18 tahun ke atas ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Diantaranya karena berdasarkan data yang masuk ke Kemenkes sepekan ini (per 6 Juni 2021), total kasus COVID19 aktif di Provinsi DKI Jakarta mencapai 435.135 kasus, dengan kasus aktif sebanyak 11.518 dan kematian sebanyak 7.438, dimana 35% kasus positif aktif dengan gejala sedang sampai kritis membutuhkan perawat di rumah sakit.
Selanjutnya, pelaksanaan vaksinasi COVID19 di Jakarta telah memasuki tahap ketiga dengan sasaran masyarakat rentan. Namun pelaksanaannya masih terbatas, hanya pada warga yang tinggal di pemukiman kumuh saja.
Kemudian, menyadari bahwa Jakarta merupakan ibu kota pusat pemerintahan, dimana pertumbuhan ekonomi nasional berada, sehingga penting untuk segera menekan serta mengendalikan pertambahan kasus COVID19 ini. Salah satu caranya yaitu dengan mencapai herd immunity melalui vaksinasi COVID19 dengan cakupan yang tinggi dan merata.
Namun, Kemenkes tetap memprioritaskan untuk memberikan vaksin COVID19 kepada tenaga kesehatan, tenaga penunjang fasilitas kesehatan, kelompok masyarakat lanjut usia, petugas pelayanan publik, kelompok masyarakat rentan (yang tinggal didaerah kumuh), dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Kelompok usia 18 tahun ke atas pakai vaksin AstraZeneca
Untuk vaksinasi umum pada kelompok usia 18 tahun ke atas menggunakan vaksin AstraZeneca. Hal ini dipaparkan langsung oleh juru bicara vaksinasi dari Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi. Vaksin AstraZeneca ini merupakan hasil kerjasama Universitas Oxford dan perusahan farmasi di Inggris, yaitu AstraZeneca.
Vaksin AstraZeneca telah resmi digunakan sejak 5 Mei 2021 di seluruh fasilitas layanan vaksinasi COVID19.
“Di bulan Mei ini, vaksin AstraZeneca kita pakai mulai per tanggal 5 Mei untuk suntikan dosis pertama,” jelas Widyastuti selaku Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam konferensi pers Rabu (5/5/2021).
Untuk kelompok petugas layanan publik, vaksin AstraZeneca sudah digunakan sejak bulan Maret. Provinsi DKI Jakarta mendapat jatah 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca dan sudah menerima 500 ribu dosis.
Baca Juga : 5 Cara Mudah Mencegah Virus Corona, Yuk Coba
Bedanya vaksin Sinovac dan AstraZeneca
Perbedaan penggunaan vaksin yang sekarang dan sebelumnya pasti menimbulkan pertanyaan bagi banyak masyarakat. Mengutip dari laman Detik Health, ini dia 4 perbedaan antara vaksin Sinovac dan AstraZeneca.
Baca Juga : Mengenal Vaksin Sinovac yang Diterima Presiden Joko Widodo
1. Teknologi vaksin
Vaksin buatan Sinovac mengandung virus Corona utuh yang sudah dimatikan. Menurut WHO (World Health Organization), metode ini sudah terbukti manjur dan telah digunakan untuk pengembangan vaksin lain, seperti flu dan folio. Hanya saja, dalam membuat vaksin ini dibutuhkan fasilitas laboratorium khusus untuk mengembangkan virus atau bakteri dengan aman. Belum lagi waktu produksinya yang relatif lama dan kemungkinan butuh lebih dari 1 dosis suntikan.
Lain halnya dengan vaksin AstraZeneca, vaksin ini tidak mengandung virus Corona yang dimatikan, namun menggunakan vektor adenovirus simpanse. Para pengembang virus AstraZeneca mengambil virus yang bisa menginfeksi simpanse, yang kemudian dimodifikasi secara genetik untuk memicu respons imun (viral vector).
2. Efikasi vaksin
Dari hasil uji klinis tahap ketiga yang dilakukan di Bandung, vaksin Sinovac menunjukan efikasi sebesar 65,3% dalam mencegah COVID19. Hasil ini berdasarkan uji coba kepada 1.600 orang.
Sedangkan vaksin AstraZeneca disebutkan 76% aktif dalam mencegah kasus COVID19. Selain itu, pihak AstraZeneca mengklaim bahwa vaksin buatannya 100% aktif mencegah penyakit parah akibat COVID19 dan pasien rawat inap.
Baca Juga : Kenali Gejala dan cara Pencegahan Virus Corona pada Anak
3. Efek samping
Efek samping dari vaksin Sinovac masih tergolong ringan, hanya efek samping lokal saja seperti nyeri pada bagian yang disuntik. Ada juga reaksi sistemik misal pegal-pegal dan demam ringan.
Selanjutnya, sebagian besar efek samping dari vaksin AstraZeneca tergolong ringan sampai sedang, diantaranya sebagai berikut:
Sangat umum (memengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang)
- Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan
- Merasa tidak enak badan
- Menggigil atau demam
- Sakit kepala
- Mual
- Nyeri sendi atau nyeri otot
Umum (memengaruhi 1 dari 10 orang)
- Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntikan
- Demam
- Muntah atau diare
- Radang tenggorokan
- Pilek atau batuk
- Menggigil
Jarang (memengaruhi 1 dari 100 orang)
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Kelenjar getah bening membesar
- Keringat berlebih
- Kulit gatal atau ruam
4. Usia penerima vaksin
Awalnya, vaksin Sinovac hanya diperuntukan untuk kelompok usia 18-59 tahun. Namun setelah evaluasi lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitasnya, vaksin Sinovac bisa digunakan untuk lansia 60 tahun ke atas, dengan rentang penyuntikan 28 hari dari dosis pertama dan kedua.
Sementara itu, Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca bisa digunakan pada kelompok usia 18 tahun ke atas. Rentang waktu penyuntikan yang disarankan yaitu 8 – 12 minggu antara dosis pertama dan kedua.