HomeNewsWHO Sebut Varian Omicron Tidak Seberbahaya Delta, Namun Tetap...

WHO Sebut Varian Omicron Tidak Seberbahaya Delta, Namun Tetap Berisiko Bagi Yang Belum Vaksin

Sejak pertengahan Januari lalu, jumlah kasus harian varian Omicron mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Hal ini disampaikan langsung oleh ketua satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban.

Jumlah kasus harian COVID-19 pada Januari 2022 sebanyak 174, dan jumlah tersebut terus meningkat menjadi 850 kasus baru per 14 Januari hingga 1.054 kasus per 15 Januari.

Memasuki bulan Februari, tercatat ada 16.021 kasus baru COVID-19 secara harian per 2 Februari di Indonesia. Jumlah tersebut meningkat 2 kali lipat menjadi 33.729 kasus baru hanya dalam waktu satu hari.

“Terakhir angka kematian 44 kasus kemarin. Jadi nggak main-main. Tidak benar, Omicron ringan. Tidak benar Omicron tidak bisa masuk rumah sakit, tidak benar Omicron tidak menyebabkan kematian,” jelas Zubairi.

Sayangnya, sebagian orang berpikir kalau Omicron tidak lebih berbahaya dari varian sebelumnya, yaitu varian Delta.

Karena ada kesenjangan pengetahuan tentang Omicron, dikutip langsung dari laman resminya, WHO menjabarkan beberapa mitos dan fakta seputar Omicron untuk meluruskan pandangan masyarakat terkait varian Omicron ini.

1. Fakta: Meskipun Omicron tampaknya lebih ringan daripada versi Delta, tapi tidak boleh dianggap ringan.

Mitos: Omicron hanya menyebabkan penyakit ringan.

Sangat penting bagi kita untuk tidak terburu-buru menyimpulkan ringan atau tidaknya tingkat keparahan dan potensi dampak Omicron.

Sejumlah negara telah menunjukkan bahwa tingkat keparahan infeksi Omicron pada populasi mereka lebih rendah daripada di Delta.

Namun, efek Omicron ini, terutama di negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi, sejauh ini terlihat tingkat pasien rawat inap rendah serta kasus kematian yang cenderung berkurang secara signifikan khususnya dari kelompok rentan.

Tanpa vaksin, kemungkinan besar akan lebih banyak orang yang dirawat dirumah sakit. Namun, ini juga terlalu dini untuk menilai bagaimana dampak Omicron akan mempengaruhi kelompok rentan yang ada di negara-negara dengan tingkat vaksin rendah.

2. Fakta: Omicron masih bisa menimbulkan risiko tinggi terhadap kesehatan.

Mitos: Karena Omicron tidak terlalu parah, akan ada lebih sedikit kasus pasien yang dirawat inap dan sistem kesehatan kita akan mampu mengatasinya.

Untuk berbagai alasan, risiko yang terkait dengan Omicron tetap sangat tinggi. Menurut data saat ini, Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan yang lebih besar daripada Delta.

Meskipun infeksi Omicron tidak separah infeksi Delta, peningkatan kasus yang cepat akan mengakibatkan peningkatan pasien yang masuk rumah sakit dan membebani sistem perawatan kesehatan untuk merawat orang dengan COVID-19 serta jenis penyakit lainnya.

3. Fakta: Vaksin memberikan perlindungan paling efektif terhadap Omicron.

Mitos: Vaksin tidak efektif melawan Omicron.

Vaksin diharapkan dapat memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penyakit parah dan kematian yang disebabkan oleh Omicron.

Sampai saat ini, kasus pasien yang meninggal atau rawat inap yang disebabkan oleh Omicron relatif rendah di wilayah yang masyarakatnya sudah menerima vaksin.

Dengan sudah divaksin, ini mengaktifkan respons kekebalan tubuh terhadap virus, melindungi tubuh tidak hanya dari varian virus yang sebelumnya sudah beredar (termasuk Omicron), tetapi juga dari penyakit parah yang mungkin disebabkan oleh mutasi COVID-19 di masa depan.

4. Fakta: Orang yang tidak divaksin sangat rentan terhadap Omicron.

Mitos: Orang yang belum divaksin tidak akan mengalami sakit parah karena Omicron.

Menolak untuk divaksin bukanlah hal yang bijaksana. Pasalnya, orang yang belum divaksin lebih rentan terkena Omicron ketimbang yang sudah divaksin.

Varian Omicron menyebar dengan cepat bahkan jika dibandingkan dengan varian sebelumnya (Delta) dan orang yang belum divaksin yang akan akan terkena dampak paling parah.

Disisi lain, belum ada langkah pasti untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Oleh karena itu, WHO menyarankan untuk masnyarakat melakukan vaksinasi, termasuk mengambil vaksin booster jika diperlukan.

5. Fakta: Omicron jauh lebih berbahaya daripada flu biasa.

Mitos: Omicron sama seperti flu biasa.

Omicron tidak seperti pilek biasa karena tidak mungkin kalau flu biasa bisa menyebabkan Anda dirawat dirumah sakit.

Orang-orang yang telah terinfeksi Omicron kebanyakan dirawat di rumah sakit, dan bahkan beberapa telah meninggal akibat varian ini.

Orang yang telah terinfeksi Omicron dan sembuh juga masih berisiko mengalami apa yang disebut dengan Long COVID – kondisi di mana seorang penyintas COVID-19 masih merasakan gejala penyakit tersebut dalam jangka waktu yang lama.

6. Omicron dapat menginfeksi kembali orang yang sudah terinfeksi COVID-19.

Mitos: Infeksi virus sebelumnya memberikan kekebalan terhadap Omicron.

Jika sebelumnya Anda pernah terkena COVID-19, Anda tetap harus mendapatkan vaksinasi karena masih ada kemungkinan Anda terinfeksi Omicron bahkan dengan risiko sakit yang lebih parah, menyebarkan virus ke orang lain, atau mengembangkan Long COVID.

Terlepas dari Anda sudah pernah menderita COVID-19 atau belum, dengan mendapat vaksinasi lengkap adalah cara terbaik untuk mencegah diri Anda dan orang lain terkena penyakit serius dan kematian akibat virus tersebut.

7. Fakta: Vaksinasi booster bermanfaat untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit parah yang disebabkan oleh Omicron dan semua variasi COVID-19 lainnya.

Mitos: Booster tidak efektif melawan penyakit Omicron yang parah.

Efektivitas vaksin COVID-19, dan seperti banyak vaksin lainnya, seperti vaksin untuk flu, bisa berkurang seiring waktu.

Jadi jika Anda adalah salah satu penerima vaksin booster, sebaiknya Anda terima – antibodi tubuh bisa terbentuk kembali sehingga tubuh Anda tetap kuat melawan virus Omicron dan variasi COVID-19 lainnya.

Penerima vaksin booster sangat penting, terutama untuk orang-orang dalam kelompok rentan, seperti yang berusia diatas 60 tahun dan mereka yang memiliki masalah kesehatan yang mana lebih berpotensi mengalami sakit parah akibat infeksi virus tersebut.

Termasuk juga petugas kesehatan, karena mereka juga berpotensi menularkan virus kepada pasien yang dirawat dan atau terpapar virus dari pasien yang dirawat.

8. Fakta: Mengenakan masker sebagai langkah pencegahan yang efektif untuk meminimalkan infeksi dan penyebaran Omicron.

Mitos: Memakai masker tidak efektif melawan Omicron.

Virus Omicron menyebar begitu cepat, sehingga selain vaksinasi, semua tindakan pencegahan lainnya seperti, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari ruang tertutup atau ramai, batuk atau bersin ke siku atau dengan tisu, memastikan ventilasi ruangan baik – diperlukan untuk menekan gelombang infeksi penyebaran virus.

9. Fakta: Akhir dari pandemi ini belum terlihat.

Mitos: Karena Omicron tidak terlalu parah, pandemi akan segera berakhir.

Sangat penting untuk diketahui bahwa pandemi ini belum benar-benar berakhir meski sebelumnya jumlah pasien rawat inap dan kematian di beberapa wilayah mengalami penurunan yang signifikan. Meskipun kasus Omicron dengan cepat berkembang di beberapa wilayah, sebagian kasus COVID-19 yang menyebabkan penyakit serius dan kematian sekarang masih disebabkan oleh varian Delta.

Butuh Layanan Perawat untuk Keluarga yang sedang melakukan Isolasi Mandiri ? Insan Medika menghadirkan layanan terbaru Covid Care untuk membantu anda merawat keluarga yang sedang melakukan Isolasi Mandiri.

Layanan home care perawat medis, perawat orang sakit, perawat lansia dan perawat bayi atau anak

Insan Medika adalah perusahaan home care terbaik di Indonesia yang telah banyak mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Terdapat 4 layanan keperawatan profesional: PERAWAT MEDIS, PERAWAT ORANG SAKIT, PERAWAT LANSIA dan PERAWAT DISABILITAS live-in 24 jam. Pemesanan cepat, harga transparan dan garansi tak terbatas. Hubungi sekarang!

REFERENSI:

WHO (2022). Health emergencies. The Omicron variant: sorting fact from myth. Diakses pada 7 Februari 2022.

Kompas (2022). Nasional. Benarkah Omicron Bergejala Lebih Ringan, tetapi Lebih Berbahaya Dibanding Delta?. Diakses pada 7 Februari 2022.

- Advertisement -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nofollow

Artikel Terbaru

Artikel Populer