Pada 1 Mei 1961 menjadi hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh Leonid Rogozov pun bagi publik khususnya jajaran ahli medis.
Pria kelahiran Maret 1934 di Chita Oblast, Siberia Timur tersebut sukses melakukan operasi usus buntu terhadap dirinya sendiri saat tengah mengikuti ekspedisi di Antartika.
Cuaca ekstrem dan lokasi yang terisolir membuat semua orang yang berada di tempat tersebut akan kesulitan untuk diberikan bantuan medis khusus ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Latar Belakang Pendidikan
Baca juga: Curhatan Paolo Miranda, Perawat Yang Mati-Matian Melawan Covid-19 di Italia
Rogozov menyelesaikan sekolah menengah di Minusinsk, Krasnoyarsk Krai pada tahun 1953 lalu melanjutkan studi di Leningrad Pediatric Medical Institue dan lulus pada tahun 1959.
Di tahun yang sama, ia mulai mengambil pelatihan klinis dalam bidang spesialisasi ilmu bedah. Namun satu tahun kemudian tepatnya 1960 ia memutuskan cuti untuk bergabung dengan Eskpedisi ke-6 Antartika Soviet.
Dalam ekspedisi ini terdapat 12 orang dan Rogozov adalah satu-satunya tenaga medis yang ditempatkan di Pangkalan Novolazarevskaya, jaraknya 1.600 Km dari Mirny, pangkalan terdekat lainnya.
Pada 29 Arpil 1961 menjadi awal mula gejala usus buntu yang menyebabkan fisik Rogozov melemah, demam, suhu tubuh naik dan mual disertai dengan rasa sakit pada bagian perut bawah kanan yang hebat.
Ia sempat mengkonsumsi obat-obatan konvensional untuk meredakan gejala yang ia alami namun tidak membuahkan hasil.
Kemudian pada keesokan harinya ia meyakini terdapat peritonitis atau peradangan pada lapisan bawah dinding di perutnya. Hal tersebut menyebabkan rasa yang sangat sakit khususnya di malam hari.
Tim bisa saja memanggil pesawat untuk menjemputnya namun hal tersebut tidak dapat dilakukan karena kondisi di Antartika sedang badai salju yang parah.
Semakin malam semakin menjadi-jadi rasa sakit yang Rogozov derita hingga akhirnya ia mengambil keputusan untuk melakukan tindakan operasi usus buntu terhadap dirinya sendiri.
Rogozov meminta bantuan sopir dan ahli meteorologi sebagai asisten perawat dadakan untuk menyiapkan berbagai alat medis dan cermin agar dapat melihat perut dan seisinya.
Operasi Usus Buntu Dimulai
Tepat pukul 2 dini hari pada 1 Mei 1961 Rogozov menyuntikkan larutan novocaine untuk membius secara lokal dan ia mulai menyayat perutnya sepanjang 10-12 cm.
Saat Rogozov berhasil membedah perutnya tanpa sengaja ia menyanyat usus buntu yang bermasalah. Keluarlah noda hitam gelap dari usus buntu tersebut.
Rogozov mempredikisi bahwa pangkal usus buntu tersebut akan robek dengan sendirinya dalam waktu 24 jam ke depan apa bila tidak dioperasi.
Dengan tenang, ia menginjeksi antibiotik ke rongga peritonium dan menjahitnya secara hati-hati. Meski terlihat lancar, Rogozov harus melakukan istirahat selama 20-25 detik setiap 5 menit sekali.
Hal tersebut dikarenakan fisiknya melemah dan ditambah dengan rasa mual yang hebat. Belum lagi keluhan tim asisten perawat yang mengaku ingin pingsan karena melihat darah dan isi perut Rogozov.
Meski begitu, operasi yang berlangsung selama 2 jam tersebut berhasil dilakukan dengan sempurna. Suhu tubuh dan kekuatan fisik Rogozov berangsur membaik.
Setelah tujuh hari pasca operasi usus buntu, jahitan di perut Rogozov sudah dapat dilepas. Pada minggu ke dua atau tujuh hari setelahnya ia dapat bangkit dari ranjang untuk kemudian melanjutkan tugasnya dalam misi ekspedia di Antartika tersebut.
Disambut Meriah
Sesampainya di kampung halaman, Rogozov disambut seperti selebriti dan banyak pihak memuat kisahnya dalam bentuk artikel, buku, film hingga lagu.
Ratusan orang dari seluruh penjuru dunia khususnya Soviet mengirimkan surat kepada Rogozov berkat aksi heroiknya tersebut. Ia kemudian dianugerahi Order of the Red Banner of Labor oleh pemerintah.
Baca juga:
- Mengenal Virginia Henderson Pencetus Teori Keperawatan yang Unik
- Rufaidah: Perawat Pertama di Dunia dalam Sejarah Islam
- Mengenal Florence Nightingale, Perintis Ilmu Keperawatan Pertama di Dunia