Tujuan penggunaan obat adalah untuk menyembuhkan dan meningkatkan kualitas hidup seseorang dari penyakit yang diderita, namun ada kalanya penggunaan obat justru membuat seseorang malah jatuh semakin sakit dan mengancam jiwa.
Alergi obat disebabkan oleh penggunaan obat tertentu yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi agresif terhadap zat yang terkandung dalam obat tersebut. Alhasil tubuh akan mengeluarkan antibodi untuk melawan zat obat tersebut hingga menimbulkan gejala yang berbahaya bagi tubuh.
Dalam dunia medis, alergi obat disebut dengan Sindrom Stevens Johnson, dilansir dari National Health Service, sindrom ini terjadi akibat adanya kelainan serius yang menyerang kulit, selaput lendir, alat reproduksi dan tenggorokan.
Secara umum, alergi obat dapat terjadi kepada siapa saja, baik balita, anak-anak, remaja, orang dewasa hingga lansia. Alergi obat dapat disebabkan oleh berbagai jenis obat, baik obat kimia dan obat herbal atau obat alami.
Jenis-jenis obat penyebab alergi paling umum
Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami alergi obat apa saja, namun tidak semua obat dapat menyebabkan alergi. Sistem kekebalan tubuh setiap orang berbeda-beda, begitu pula ketika menerima zat tertentu dari obat, ada yang bereaksi alergi dan ada yang tidak menimbulkan alergi.
Berikut ini adalah daftar obat yang memiliki risiko untuk menyebabkan alergi:
- Antibiotik (penilisilin dan sejenisnya).
- Antinyeri nonsteroid (NSAID) (Aspirin, Ibuprofen dan sejenisnya).
- Obat kemoterapi dalam terapi kanker.
- Obat penyakit autoimun (rheumatoid arthritis dan sejenisnya).
- Obat untuk pengidap HIV/AIDS.
- Obat herbal.
- Salep atau krim kortikosteroid.
Gejala mengalami alergi obat
Gejala paling umum dari alergi obat pada tubuh manusia adalah timbulnya rasa panas dan gatal di sekujur tubuh, ruam dan muncul bintik-bintik.
Meski begitu, gejala yang lebih ekstrem dapat juga terjadi, seperti gangguan saluran pernapasan, kulit melepuh hingga pembengkakan pada selaput lendir.
Berikut gejala yang akan timbul ketika mengalami alergi obat:
1. Timbul rasa gatal dan bintik merah di hampir seluruh bagian tubuh
Rasa gatal di hampir seluruh bagian tubuh dapat terjadi pada kulit, mata hingga organ reproduksi hingga anus. Reaksi ini timbul ketika tubuh mengeluarkan antibodi berupa histimin di bawah permukaan kulit dan selaput lendir.
Selain timbul rasa gatal, akan muncul juga bintik-bintik berwarna merah pada kulit secara berkelompok.
Pada bagian mata akan mudah mengeluarkan air mata, timbul rasa gatal dan mata berubah menjadi kemerahan. Hal ini disebabkan karena produksi antibodi Immunoglobulin A (IgA) yang bertugas untuk menjaga mata dari zat berbahaya dari obat.
2. Badan terasa panas atau demam
Masuknya zat yang terkandung dalam obat penyebab alergi dapat memancing tubuh untuk bereaksi berlebihan dengan menaikkan suhu tubuh yang tinggi (demam).
Umumnya kenaikan suhu tubuh disebabkan karena adanya peradangan, namun pada kasus ini hal tersebut karena adanya zat obat yang dianggap berbahaya bagi tubuh.
Beberapa kasus alergi obat yang menimbulkan rasa panas atau demam dapat terjadi dalam beberapa saat, namun ada juga yang berlangsung hingga beberapa hari hingga minggu.
3. Tumbul pembengkakan (angiodema)
Gejala akibat alergi obat yang sangat mencolok adalah timbul pembengkakan pada area bibir, lidah, pipi, kelopak mata hingga tenggorokan yang dapat berlangsung selama beberapa hari.
Beberapa kasus alergi obat yang menyebabkan pembengkakan juga dapat terjadi pada sekujur tubuh dan untuk kembali normal dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
4. Gangguan pernapasan
Selain terjadi pembengkakan pada area kulit ternyata pembengkakan juga dapat terjadi pada area saluran pernapasan seperti kerongkongan. Selain itu, tubuh juga akan mengeluarkan cukup banyak lendir pada area tenggorokan sehingga mengganggu sirkulasi pernapasan.
Tindakan medis dengan memasangkan alat bantu napas sangat dibutuhkan untuk menjaga tubuh tetap mendapatkan oksigen.
Faktor risiko mengalami alergi obat
Memahami faktor risiko dari alergi obat sangat penting, mengingat jika hal ini luput maka dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius hingga risiko kematian.
Beberapa faktor risiko penyebab alergi obat adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik
Seseorang yang mempunyai alergi obat dapat menurunkan faktor risiko ini kepada keturunannya hingga 75%.
2. Ketergantungan obat
Beberapa orang yang mempunyai ketergantungan atau sedang menjalani pengobatan jangka panjang menggunakan obat dan dosis tinggi berisiko mengalami alergi obat tertentu.
3. Mempunyai alergi
Seseorang yang mempunyai alergi terhadap sesuatu seperti makanan, suhu atau benda tertentu dapat meningkatkan risiko mengalami alergi obat.
Selain itu, penggunaan obat serupa juga sangat berbahaya bagi tubuh. Hindari menggunakan obat penyebab alergi dengan nama generik yang sama.
4. Mempunyai penyakit khusus
Beberapa penyakit khusus seperti HIV atau infeksi virus Epstein-Barr juga dapat meningkatkan risiko mengalami alergi obat, hal ini karena tubuh sangat rentan terhadap reaksi obat-obatan.
Mencegah alergi obat
Pencegahan yang paling tepat agar tidak mengalami alergi obat adalah dengan tidak mengkonsumsi obat-obat yang dapat menyebabkan alergi. Selain itu, jika Anda mempunyai alergi obat tertentu segera sampaikan ke dokter, ahli medis atau apoteker.
Selain itu, lengkapi diri dengan catatan dan atau tanda khusus seperti gelang atau kalung sebagai tanda memiliki alergi terhadap obat tertentu.
Cara mengetahui alergi obat
Jika Anda tidak yakin apakah Anda mempunyai alergi obat atau tidak, maka dokter akan melakukan diagnosis dengan cara:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan secara fisik seperti melihat reaksi obat apakah menimbulkan gejala yang terlihat pada kulit atau mendengarkan detak jantung hingga memeriksa saluran pernapasan.
Selain itu dokter juga akan meminta keterangan kepada Anda mengenai riwayat jenis obat yang menimbulkan alergi.
2. Tes kulit
Dokter akan melakukan uji coba penggunaan obat pada kulit dengan cara menusukkan obat ke kulit (skin prick test), menempelkan obat pada kulit (skin patch test) atau menyuntikkan obat ke dalam kulit.
Jika setelah dilakukan tes kulit menimbulkan benjolan berwarna merah dan terasa gatal maka Anda positif memiliki alergi terhadap obat tersebut, namun jika tidak menimbulkan gejala maka Anda dinyatakan negatif mempunyai alergi obat tersebut.
3. Tes darah
Metode terakhir adalah dengan melakukan tes darah yang mana metode ini cukup jarang dilakukan karena tingkat akurasinya terbatas. Namun tes darah untuk mendiagnosis alergi obat dapat menjadi opsi tambahan bila mana ada kekhawatiran tentang reaksi obat penyebab alergi.
Pengobatan
Cara mengatasi alergi obat adalah dengan segera menghentikan penggunaan obat dan segera bertemu dengan dokter untuk mendapatkan pertolongan pertama alergi obat.
Beberapa obat untuk mengatasi alergi obat adalah:
- Obat antihistamin
- Obat kortikosteroid
- Obat bronkodilator
- Suntikan epinefrin
- Perawatan desensitisasi
Insan Medika tidak memberikan nasehat untuk mengkonsumsi obat-obatan apa pun, pastikan seluruh obat yang Anda konsumsi adalah resep dari dokter.
Anda membutuhkan layanan home care untuk merawat orang tercinta di rumah live-in 24 jam tanpa harus ke rumah sakit? Gunakan home care Insan Medika yang telah berpengalaman dan banyak mendapatkan penghargaan internasional. Tersedia empat layanan utama, yaitu: Perawat Medis, Perawat Orang Sakit (Non Medis), Perawat Lansia dan Perawat Bayi/Anak. Hubungi sekarang!
Baca juga:
- 5 Daftar Penyakit Kronis Lansia Ini Akan Kita Alami Saat Menua
- Berikut 8 Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda Yang Harus Anda Waspadai
- Kenali dan Waspadai 7 Jenis Tumor Jinak Berikut Ini
[socialpoll id=”2578549″]