Tidur adalah salah satu aspek paling penting dalam menjaga kesehatan kita. Selama tidur, tubuh kita memulihkan diri, memperbaiki sel-sel yang rusak, dan mengistirahatkan pikiran. Banyak beredar pernyataan dan larangan yang menyebutkan bahwa tidur di lantai dapat menyebabkan paru-paru basah atau pneumonia. Namun, benarkah begitu faktanya?. Artikel ini akan membahas mitos ini, melihat fakta medis, dan menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan gejala paru-paru basah.
Baca juga: Paru-Paru Basah (Pneumonia): Penyebab, Jenis, Gejala dan Pengobatan
Mitos tidur di lantai sebabkan paru-paru basah
Sebelum kita melangkah lebih jauh, penting untuk mengklarifikasi bahwa tidur di lantai, dalam kondisi yang sehat dan bersih, tidak dapat menyebabkan paru-paru basah secara langsung. Isu itu pun sudah dikategorikan sebagai disinformasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui website kominfo.go.id. Dikutip dari website kominfo.go.id, menurut Dr. Annisa Sutera Insani, seorang Spesialis Paru di RS Awal Bros Bekasi Timur, anggapan tersebut tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Tidak ada teori atau penelitian medis serta bukti yang menyatakan hal tersebut. Dr. Annisa menjelaskan bahwa risiko penyakit paru-paru sebenarnya sangat bergantung pada kualitas udara yang dihirup seseorang setiap hari.
Bahaya dan risiko tidur di lantai
Walaupun tidur di lantai sendiri tidak dapat menyebabkan paru-paru basah, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, terutama jika tidur di lantai dalam kondisi yang tidak higienis atau dingin. Beberapa faktor ini termasuk:
1. Terpapar debu dan kotoran. Tidur di lantai yang kotor atau berdebu dapat meningkatkan risiko terpapar kuman dan alergen yang dapat memengaruhi saluran pernapasan.
2. Suhu rendah. Tidur di lantai tanpa isolasi yang memadai dapat menyebabkan tubuh terlalu dingin, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
3. Badan kaku. Beberapa orang mungkin merasa tidur di lantai keras tidak nyaman dan bisa menyebabkan ketegangan otot atau rasa sakit di pagi hari. Pilihan matras atau alas tidur yang sesuai dengan preferensi Anda dapat membantu mengatasi masalah ini.
Baca juga: Udara Jakarta Berbahaya untuk Kesehatan? Warpadai Kanker Paru-Paru
Penyebab paru-paru basah
Paru-paru basah, atau pneumonia, adalah infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau jamur. Penyebabnya bukanlah tempat tidur Anda, tetapi agen penyebab infeksi tersebut.
Sekarang, mari kita bahas penyebab sebenarnya dari paru-paru basah atau pneumonia. Penyakit ini disebabkan oleh agen infeksi, seperti:
1. Bakteri. Bakteri adalah penyebab umum pneumonia. Bakteri seperti Streptococcus pneumoniae (pneumokokus), Haemophilus influenzae, dan Legionella pneumophila dapat menyebabkan infeksi paru-paru.
2. Virus. Beberapa virus dapat menyebabkan pneumonia viral. Virus influenza (flu), virus respiratori syncytial (RSV), dan virus parainfluenza adalah beberapa contoh penyebab pneumonia viral.
3. Jamur. Pneumonia jamur lebih jarang terjadi, tetapi bisa sangat serius, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Contoh jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Pneumocystis jirovecii.
4. Aspirasi. Aspirasi terjadi ketika benda asing, seperti makanan, minuman, atau muntahan, masuk ke dalam saluran pernapasan. Ini dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, terutama jika benda asing tersebut terkontaminasi oleh bakteri.
5. Infeksi nosokomial. Pneumonia nosokomial adalah infeksi paru-paru yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan lainnya. Ini seringkali disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
6. Infeksi atipikal. Kadang-kadang, pneumonia dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang kurang umum atau atipikal, seperti Mycoplasma pneumoniae atau Chlamydia pneumoniae.
7. Kondisi kesehatan lainnya. Beberapa kondisi kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS, penggunaan obat-obatan imunosupresan, atau penyakit autoimun, dapat meningkatkan risiko terkena pneumonia.
Baca juga: Kenali Perbedaan Ruam Kulit Biasa dan Ruam HIV, Jangan Keliru!
8. Kebiasaan merokok. Merokok aktif atau pasif dapat merusak saluran pernapasan dan meningkatkan risiko terkena pneumonia.
9. Usia. Bayi dan orang tua memiliki risiko yang lebih tinggi terkena pneumonia karena sistem kekebalan tubuh mereka mungkin tidak sekuat orang dewasa yang sehat.
10. Faktor lingkungan. Lingkungan yang terpapar polusi udara atau asap rokok juga dapat meningkatkan risiko pneumonia.
Gejala paru-paru basah
Gejala paru-paru basah dapat bervariasi tergantung pada jenis infeksinya, namun beberapa gejala umum yang mungkin muncul meliputi:
1. Demam dan menggigil.
2. Batuk, seringkali dengan dahak yang berwarna hijau, kuning, atau darah.
3. Kesulitan bernapas dan napas cepat.
4. Nyeri dada yang memburuk saat bernapas dalam.
5. Kelelahan dan kelemahan yang signifikan.
6. Mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.
Mengenali fakta medis penting dalam mengatasi mitos seputar tidur di lantai dan paru-paru basah. Tidur di lantai dalam kondisi yang bersih dan higienis tidak dapat secara langsung menyebabkan pneumonia. Namun, penting untuk menjaga kebersihan tempat tidur dan menjaga kesehatan saluran pernapasan Anda untuk mengurangi risiko infeksi. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau merasa sakit, segera konsultasikan dengan profesional medis untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.
Insan Medika adalah perusahaan home care terbaik di Indonesia yang telah banyak mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Terdapat 4 layanan keperawatan profesional: PERAWAT MEDIS, PERAWAT ORANG SAKIT, PERAWAT LANSIA dan PERAWAT DISABILITAS. Pemesanan cepat, harga transparan dan garansi tak terbatas. Hubungi sekarang!
REFERENSI
Healthline (2019). Is Sleeping on the Floor Good or Bad for Your Health?. Diakses pada 10 September 2023.
Sleep Foundation (2022). Sleeping on the Floor: Benefits & Side Effects. Diakses pada 10 September 2023.
Medical News Today (2021). Is sleeping on the floor actually good for you?. Diakses pada 10 September 2023.