Apakah Anda merasa sulit mengendalikan berat badan meskipun sudah mencoba berbagai diet dan olahraga? Anda tidak sendirian. Hingga kini obesitas masih menjadi masalah kesehatan global yang semakin meresahkan.
Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas sangat beragam, mulai dari pola makan dan gaya hidup hingga faktor genetik dan lingkungan sosial. Memahami pemicu-pemicu ini adalah langkah pertama untuk mengatasi dan mencegah obesitas. Lantas, apa sebenarnya pemicu obesitas? Bagaimana cara
Baca juga: Pahami Bahaya Obesitas bagi Kesehatan Lansia dan Cara Mencegahnya
1. Asupan Kalori Berlebih
Konsumsi kalori yang melebihi kebutuhan tubuh secara konsisten dapat menyebabkan penambahan berat badan. Makanan tinggi kalori, seperti makanan cepat saji, camilan manis, dan minuman bersoda, sering kali menjadi penyebab utama.
Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya:
- Memperhatikan ukuran porsi. Gunakan piring yang lebih kecil untuk membantu mengendalikan porsi makan.
- Fokus pada makanan rendah kalori dan kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
2. Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup yang kurang aktif berkontribusi besar terhadap obesitas. Kurangnya aktivitas fisik adalah pemicu utama obesitas karena aktivitas fisik berperan penting dalam mengatur keseimbangan kalori dalam tubuh. Ketika seseorang tidak cukup bergerak, kalori yang dikonsumsi dari makanan tidak dibakar secara efektif dan mulai menumpuk sebagai lemak tubuh.
Aktivitas fisik juga membantu meningkatkan metabolisme dan memperbaiki sensitivitas insulin, yang penting untuk menjaga keseimbangan gula darah. Tanpa olahraga yang memadai, tubuh cenderung mengalami penurunan massa otot dan peningkatan massa lemak, yang pada gilirannya memperlambat pembakaran kalori.
Usahakan untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit per minggu, seperti jalan cepat, berlari, atau berenang.
3. Faktor Genetik
Faktor genetik memainkan peran signifikan dalam predisposisi seseorang terhadap obesitas melalui berbagai mekanisme biologis yang memengaruhi metabolisme, nafsu makan, dan distribusi lemak tubuh.
Penelitian telah menunjukkan bahwa variasi genetik dapat memengaruhi cara tubuh mengolah dan menyimpan lemak serta bagaimana respons tubuh terhadap makanan. Misalnya, gen-gen tertentu dapat memengaruhi regulasi hormon seperti leptin, yang mengontrol rasa lapar dan kenyang, atau insulin, yang mengatur gula darah.
Beberapa individu mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk memiliki metabolisme yang lebih lambat atau kecenderungan untuk menyimpan lemak dengan lebih efisien. Oleh karena itu, meskipun seseorang mungkin memiliki predisposisi genetik, perubahan gaya hidup sehat dapat membantu mengatasi atau mengurangi dampak risiko genetik tersebut.
Baca juga: 7 Efek Jangka Panjang Akibat Sering Konsumsi Makanan Pedas
4. Gangguan Hormon
Gangguan hormon dapat menjadi pemicu obesitas dengan mempengaruhi cara tubuh mengatur nafsu makan, metabolisme, dan penyimpanan lemak. Hormon-hormon seperti insulin, leptin, ghrelin, dan kortisol berperan penting dalam regulasi berat badan. Misalnya, ketidakseimbangan insulin, yang sering terjadi pada diabetes tipe 2, dapat menyebabkan tubuh menyimpan lebih banyak lemak.
Leptin, yang biasanya mengirim sinyal kenyang ke otak, jika tidak berfungsi dengan baik, dapat menyebabkan makan berlebihan. Ghrelin, hormon yang merangsang rasa lapar, dapat meningkat jika tidak seimbang. Selain itu, gangguan hormonal seperti hipotiroidisme, di mana kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon tiroid, dapat memperlambat metabolisme dan mengakibatkan penambahan berat badan.
Penanganan obesitas terkait gangguan hormon sering memerlukan pendekatan medis yang spesifik, termasuk terapi hormon atau pengobatan yang sesuai untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut.
5. Stres dan Kesehatan Mental
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan dan kecenderungan untuk memilih makanan tinggi lemak dan gula sebagai bentuk kenyamanan. Selain itu, stres kronis dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, memperlambat proses pembakaran kalori dan berkontribusi pada penumpukan lemak.
Gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan juga sering dikaitkan dengan perubahan pola makan, di mana beberapa individu mungkin makan berlebihan sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif, sedangkan yang lain mungkin kehilangan nafsu makan. Kedua respons ini dapat mengarah pada ketidakseimbangan berat badan.
Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan konseling psikologis dapat membantu mengurangi dampak stres pada pola makan dan mendukung upaya penurunan berat badan.
6. Kurang Tidur
Sering dianggap sepele, ternyata kurang tidur dapat menjadi pemicu obesitas karena tidur yang tidak cukup memengaruhi hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, serta memengaruhi metabolisme. Ketika seseorang kurang tidur, tingkat hormon ghrelin yang merangsang nafsu makan meningkat, sementara hormon leptin yang menandakan kenyang menurun. Hal ini dapat menyebabkan makan berlebihan dan preferensi terhadap makanan tinggi kalori.
Selain itu, kurang tidur juga mengganggu metabolisme glukosa, meningkatkan risiko resistensi insulin, dan menyebabkan penambahan lemak tubuh. Gangguan tidur juga sering dikaitkan dengan kurangnya energi untuk aktivitas fisik, yang memperburuk masalah.
Dengan memastikan tidur yang cukup dan berkualitas, seseorang dapat membantu mengatur hormon tersebut, meningkatkan metabolisme, dan mengurangi risiko obesitas.
7. Kebiasaan Makan yang Tidak Teratur
Kebiasaan makan yang tidak teratur dapat menjadi pemicu obesitas karena pola makan yang tidak konsisten mengganggu ritme metabolisme tubuh dan mempengaruhi cara tubuh mengatur rasa lapar dan kenyang. Makan pada waktu yang tidak tetap atau sering melewatkan makan utama dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula darah dan peningkatan nafsu makan yang berlebihan pada waktu makan berikutnya. Hal ini sering kali mendorong konsumsi makanan berkalori tinggi dan camilan tidak sehat.
Selain itu, kebiasaan makan yang tidak teratur dapat mengganggu produksi hormon yang mengatur metabolisme dan rasa lapar, seperti insulin dan leptin. Akibatnya, tubuh cenderung menyimpan kalori yang berlebih sebagai lemak, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan.
Untuk mengurangi risiko obesitas, penting untuk mengikuti jadwal makan yang teratur, memilih makanan bergizi, dan menghindari makan larut malam atau berlebihan.
Baca juga: Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Pikun di Usia Muda, Ini Penelitiannya
Mengatasi obesitas memerlukan pendekatan yang komprehensif, menggabungkan perubahan gaya hidup, pola makan yang sehat, dan terkadang dukungan medis. Dengan memahami pemicu umum dan mengambil langkah-langkah yang tepat, Anda dapat mengelola dan mengurangi risiko obesitas dengan lebih efektif.
Insan Medika adalah perusahaan home care terbaik di Indonesia yang telah banyak mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Terdapat 4 layanan keperawatan profesional: PERAWAT MEDIS, PERAWAT ORANG SAKIT, PERAWAT LANSIA dan PERAWAT DISABILITAS. Pemesanan cepat, harga transparan dan garansi tak terbatas. Hubungi sekarang!
REFERENSI
World Health Organization (2021). Obesity and Overweight. Diakses pada 9 Agustus 2024.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2020). Causes of Obesity. Diakses pada 9 Agustus 2024.
Mayo Clinic (2022). Obesity: Diagnosis and Treatment. Diakses pada 9 Agustus 2024.
Harvard T.H. Chan School of Public Health (2023). The Nutrition Source: Obesity. Diakses pada 9 Agustus 2024.
Centers for Disease Control and Prevention (2023). Adult Obesity Causes & Consequences. Diakses pada 9 Agustus 2024.