Penyakit stroke jadi salah satu pembunuh yang mematikan di dunia. Ada banyak mitos yang sering dipercayai ketika seseorang mengalami stroke, dari usia hingga cara penyembuhannya. Padahal mitos-mitos ini muncul akibat pemahaman yang minim terkait stroke.
Karena percaya dengan mitos-mitos tersebut, stroke yang harusnya bisa dicegah dan dirawat dengan baik menjadi stroke fatal yang mematikan. Agar tak salah lagi dalam mengenali gejala, merawat, serta pencegahan terkait penyakit stroke, simak penjelasan berikut ini!
Mengenal Stroke
Stroke merupakan kondisi medis ketika pasokan darah menuju ke otak terhambat. Ada dua jenis stroke yang sering terjadi, yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena adanya penyumbatan darah menuju otak. Sedangkan stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena adanya pembuluh darah yang pecah di otak.
Kedua jenis stroke tersebut merupakan kondisi yang harus ditangani secepat mungkin. Apabila terlambat dalam penanganan, bisa saja kesehatan pasien terganggu atau bahkan tak bisa diselamatkan sama sekali. Penanaganan dan perawatan stroke yang tepat juga bisa mengurangi resiko komplikasi yang mungkin terjadi, mulai dari kejang, gangguan berbicara dan menelan, serta mengalami lumpuh permanen.
Baca juga: Perawatan Setelah Stroke Ringan, Apa yang Harus Dilakukan?
Mitos dan Fakta Stroke yang Harus Diketahui
Beredarnya mitos terkait stroke tak hanya menyesatkan, tapi juga membuat pasien jadi terlambat memperoleh penanangan medis. Beberapa mitos stroke yang umum ditemui antara lain:
1. Mitos: Stroke Hanya Menyerang Lansia
Sering beredar pernyataan bahwa stroke hanya terjadi pada lansia, padahal anggapan tersebut salah dan termasuk mitos. Meski sering terjadi pada lansia yang berusia lanjut atau diatas 50 tahun, faktanya mitos bisa terjadi pada siapa saja tanpa pengecualian usia.
Saat ini sudah banyak ditemui pasien stroke yang berada di rentang usia produktif, yakni umur 25 – 45 tahun. Hal ini terjadi karena perubahan pola hidup, stroke di usia muda bisa terjadi karena pola hidup yang tidak sehat, mengalami diabetes, obesitas, atau stress berlebihan.
2. Mitos: Stroke Tidak Menimbulkan Gejala
Meski termasuk penyakit yang diam-diam berkembang di dalam tubuh, bukan berarti stroke tak menimbulkan gejala pada penderitanya. Pasien yang mengalami stroke memiliki gejala yang bisa dirasakan dan dilihat secara langsung, dari kesulitan berbicara, sulit berjalan, mati rasa pada salah satu sisi tubuh, serta gangguan penglihatan.
Ini menjadi fakta bahwa stroke menimbulkan gejala bahkan saat masih berada di tahap awal sekalipun. Pasien yang terlihat memiliki gejala tersebut, disarankan segera mendapatkan perawatan dan bantuan medis. Tujuannya agar gejala stroke tak lagi muncul dan kondisi kesehatan membaik.
Baca juga: Panduan Pencegahan Stroke pada Lansia
3. Mitos: Stroke Sama Dengan Penyakit Jantung
Stroke dan penyakit jantung memang sama-sama berhubungan dengan pembuluh darah. Faktanya stroke dan penyakit jantung merupakan penyakit yang berbeda. Stroke bukanlah salah satu jenis serangan jantung, sehingga gejala yang mungkin dialami oleh penderita akan berbeda.
Stroke merupakan kondisi ketika pembuluh darah mengalami penyumbatan dan pecah di dalam otak. Apabila stroke tak mendapatkan perawatan dengan baik, maka terjadi kerusakan otak yang bisa membuat penderitanya mengalami komplikasi. Hal ini berbeda dengan penyakit jantung, dimana pembuluh darah mengalami penyumbatan atau penyempitan pada arteri coroner.
4. Mitos: Stroke Tidak Bisa Dicegah
Ada anggapan bahwa stroke tidak bisa dicegah karena memiliki resiko kematian yang tinggi. Padahal stroke bisa terjadi karena ada penyebabnya, ini membuktikan fakta bahwa stroke sebenarnya bisa dicegah. Caranya dengan melakukan pola hidup sehat dan mengelola faktor-faktor yang memperbesar resiko penyakit ini.
Cara yang paling direkomendasikan untuk mengurangi resiko stroke diantaranya mengelola tekanan darah agar tetap stabil, menjaga berat badan agar tetap ideal, serta berolahraga secara teratur. Kurangi kebiasaan merokok dan minum minuman keras agar kondisi kesehatan tetap terjaga.
Baca juga: Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Stroke di Usia Muda
5. Mitos: Stroke Tidak Bisa Disembuhkan
Beredar informasi bahwa penyakit stroke tak bisa disembuhkan sama sekali, padahal pernyataan tersebut tak benar adanya. Fakta yang benar adalah stroke bisa disembuhkan, terutama jika pasien stroke masih berada di fase golden period.
Pasa fase ini, pasien yang mengalami stroke punya waktu sekitar 4,5 jam setelah stroke terjadi. Apabila di waktu tersebut pasien stroke mendapatkan penanangan yang benar, resiko pasien stroke mengalami resiko komplikasi hingga cacat permanen dapat diminimalisir.
6. Mitos: Pengobatan Stroke Dapat Dihentikan Ketika Gejalanya Hilang
Ini merupakan persepsi yang salah, ketika gejala stroke mulai hilang dan kondisi kesehatan pasien membaik, resiko stroke berulang tetap terjadi. Karena itu, fakta yang sebenarnya adalah pengobatan tetap harus dilanjutkan meskipun gejalanya sudah tidak ada.
Dengan mengikuti anjuran dari dokter, yakni mengonsumsi obat secara teratur, kemungkinan gejala stroke berulang jadi lebih kecil. Komplikasi yang mungkin terjadi juga lebih minim karena pengobatan stroke berfungsi untuk menjaga kesehatan pasien.
Baca juga: Layanan Terapi Stroke Lewat Perawatan Homecare di Rumah
7. Mitos: Menusukkan Jarum ke Jari Tangan Menyembuhkan Stroke
Anggapan bahwa menusukkan jarum ke jari tangan menyembuhkan stroke adalah hal yang salah. Selain jari tangan, pasien stroke juga sering ditusuk jarum pada bagian telinga. Padahal efektivitas dari langkah tersebut tak memberikan dampak apapun bagi pasien.
Malahan, menusuk jarum ke jari tangan atau telinga malah akan menyebabkan infeksi. Menusukkan jarum ke bagian tubuh pasien stroke, terutama jari tangan atau telinga, tidak akan memperbaiki kondisi kesehatan. Alasannya karena stroke terjadi di pembuluh darah otak, sehingga lokasi tubuh tersebut tak akan memberikan efek menyembuhkan.
Agar tak salah persepsi dalam menangani gejala stroke, sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter agar mendapatkan masukan dan arahan yang pasti. Anda bisa menggunakan layanan konsultasi dokter yang Insan Medika sediakan.
Insan Medika menghadirkan layanan telekonsultasi yang dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Apps Care Pro ID. Apabila kondisi yang dialami pasien adalah memang stroke, bisa gunakan layanan Dokter Visit untuk mendapatkan informasi terkait perawatan dan penanganan yang harus dilakukan.
Dengan sadar dan waspada mengenai gejala stroke, harapannya resiko komplikasi stroke dan cacat permanen dapat di minimalisir. Kondisi kesehatan pasien stroke juga selalu terpantau, yang akhirnya membuat pasien stroke jadi lebih sehat.