Penyakit Bell’s Palsy mendadak viral karena banyak konten video pendek yang tersebar di media sosial. Menurut keterangan video-video ini, penyakit Bell’s Palsy disebabkan oleh pemakaian kipas angin yang dihadapkan langsung ke wajah.
Apakah memang kipas angin menyebabkan Bell’s Palsy terjadi pada anak-anak, orang dewasa, maupun lansia? Simak penjelasannya berikut ini agar lebih mengenal penyebab, gejala dan bagaimana cara mengatasi Bell’s Palsy.
Apa Itu Penyakit Bell’s Palsy?
Bell’s Palsy merupakan kondisi ketika sisi otot wajah mengalami kelemahan yang bersifat sementara. Ketika sebelah wajah mengalami Bell’s Palsy, maka sisi tersebut akan tampak melorot. Apabila dilihat sekilas, penyakit ini memang tampak seperti Cerebral Pansy, padahal keduanya memiliki kondisi dan gejala yang berbeda.
Umumnya Bell’s Palsy datang secara tiba-tiba, namun kondisi ini bisa membaik dalam hitungan minggu jika melakukan perawatan dengan benar. Penyebab sebenarnya dari penyakit Bell’s Palsy belum diketahui, namun melihat kasus yang terjadi selama ini, Bell’s Palsy disebabkan karena infeksi virus.
Baca juga: Kenali 5 Bahaya Sering Tidur dengan Kipas Angin Menyala, Jangan Anggap Remeh!
Faktor Resiko yang Menyebabkan Terkena Bell’s Palsy
Bell’s Palsy bisa dialami oleh siapa saja, tanpa adanya batasan usia ataupun gender. Namun terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami Bell’s Palsy, diantaranya adalah:
- Mereka yang berusia antara 15 – 60 tahun.
- Pengidap diabetes atau penyakit pernapasan bagian atas.
- Wanita hamil, terutama yang sudah memasuki trimester ketiga.
- Mengalami infeksi saluran pernapasan, baik karena flu atau pilek.
Meski bisa menyerang siapa saja, penyakit ini tidak datang secara tiba-tiba. Seringkali pengidap Bell’s Pansy memiliki riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa. Dengan kata lain, Bell’s Palsy memiliki kecenderungan diturunkan secara genetik.
Penyebab Bell’s Palsy
Kondisi Bell’s Palsy yang menyebabkan wajah melorot di satu sisi disebabkan karena adanya gangguan pada saraf yang mengendalikan otot wajah. Sedangkan wajah yang terasa lumpuh disebabkan karena adanya peradangan virus, salah satunya adalah virus herpes.
Banyak yang mengira bahwa Bell’s Palsy berkaitan dengan stroke, namun kedua penyakit ini tidak berkaitan. Beberapa penyebab yang membuat seseorang mengidap Bell’s Palsy adalah:
- Mengalami cidera karena kecelakaan, khususnya terjadi luka robek di bagian dagu atau tulang tengkorak.
- Memiliki riwayat kelumpuhan wajah turunan.
- Cidera karena operasi, terutama mereka yang baru saja selesai melakukan operasi kalenjer parotis.
Selain penyebab tersebut, Bell’s Pansy juga bisa disebabkan karena kehadiran virus yang masuk ke dalam tubuh. Mulai dari virus herpes, cacar air, gondongan, penyakit pernapasan, hingga campak jerman.
Penyakit auto imun serta stress berlebih juga bisa memicu terjadi penyakit Bell’s Palsy. Begitu pula dengan kondisi tubuh yang kelelehan dan kurang tidur. Anggapan bahwa pemakaian kipas angin menyebabkan Bell’s Palsy merupakan mitos.
Kipas angin tidak menyebabkan Bell’s Palsy, namun bisa saja paparan udara dingin karena kipas angin atau AC memicu Bell’s Palsy. Alasannya karena virus dan bakteri yang ada di udara terhirup dan masuk ke dalam tubuh, apalagi diikuti kondisi imun tubuh yang lemah.
Baca juga: Simak! Kenali 7 Jenis Penyakit Saraf yang Harus Diwaspadai
Gejala Bell’s Pansy
Tiap orang mengalami gejala yang berbeda ketika mengalami Bell’s Palsy. Namun secara umum, gejala yang sering terjadi adalah:
- Mengalami kelumpuhan sebagian di satu sisi wajah atau seluruh wajah, hal ini ditandai dengan tidak adanya gerakan reaksi wajah.
- Mulut serta kelopak mata akan sulit membuka dan menutup, sehingga mengakibatkan pengidapnya tidak nyaman.
- Nyeri pada telinga, terutama pada sisi wajah yang mengalami kelumpuhan.
- Telinga pada sisi wajah yang mengalami Bell’s Palsy akan lebih sensitif dengan suara, mudah berdenging, atau mengalami penurunan indera perasa.
- Mulut terasa kering, mudah berliur pada sisi wajah yang melorot, dan diikuti rasa sakit dan nyeri pada rahang.
- Sakit kepala, pusing dan sulit berkonsentrasi.
- Kesulitan untuk makan, berbicicara, minum atau menggerakkan wajah.
Gejala Bell’s Palsy hanya terjadi di saraf otot wajah saja, sehingga tak berdampak di area tubuh yang lain, terutama bagian otak. Kinerja otak pun tak berpengaruh sama sekali, sehingga tak perlu khawatir dengan kemampuan koginitif pengidapnya.
Apabila gejala Bell’s Palsy diikuti dengan kelumpuhan di bagian tubuh lain, sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan dokter. Bisa saja yang dialami oleh pasien Bell’s Palsy, namun penyakit lain yang butuh penanganan serius.
Baca juga: Tips Mencari Perawat Homecare secara Online
Pengobatan dan Pencegahan Kembali Bell’s Palsy
Penyakit Bell’s Palsy bisa diobat dengan mengikuti resep dan anjuran dari dokter. Dokter biasanya menyarankan untuk mengonsumsi obat khusus guna mengurangi pembengkakan pada saraf wajah. Sedangkan untuk mencegah munculnya iritasi mata, pengidap Bell’s Palsy dianjurkan menggunakan obat tetes mata.
Perawatan dan pengobatan lain yang disarankan agar kondisi Bell’s Palsy tak memburuk adalah:
- Menggunakan salep sebelum tidur, sehingga wajah tetap lembab.
- Menjaga kelembapan udara ketika tidur di malam hari agar kornea mata tidak kering.
- Mengonsumsi obat-obatan anti virus, penghilang rasa sakit, hingga obat pengurang radang.
- Melakukan terapi fisik, sehingga saraf wajah bisa kembali seperti semula.
70 persen pengidap Bell’s Palsy umumnya bisa sembuh dalam hitungan minggu. Namun untuk membuat saraf pulih sepenuhnya seperti sedia kala, butuh waktu antara 5- 10 bulan, tergantung tingkat keparahannya.
Agar tak mengalami Bell’s Palsy, anggota keluarga lain bisa mengontrol penyakit yang meningkatkan resiko terkena Bell’s Palsy, diantaranya hipertensi dan diabetes. Selama beraktivitas, hindari paparan udara dingin berlebihan. Apabila memang diperlukan, jaga berat badan tetap ideal untuk menghindari kemungkinan mengalami penyakit komplikasinya.
Apabila Anda memiliki pertanyaan terkait masalah kesehatan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter dari Insan Medika. Sebagai lembaga kesehatan dan caregiver, Insan Medika menghadirkan aplikasi Apps Care Pro ID. Lewat aplikasi tersebut, Anda bisa mengajukan pertanyaan terkait kondisi kesehatan diri maupun keluarga.
Anda juga bisa memanfaatkan layanan Dokter Visit untuk memastikan kondisi kesehatan Anda maupun keluarga dalam keadaan baik. Hubungi Insan Medika untuk layanan perawatan lain sesuai kebutuhan Anda, dari layanan kesehatan, perawat untuk orang sakit, hingga caregiver untuk lansia.