Zhang Zhi Jie, seorang atlet muda bulu tangkis dari China, mengalami kematian secara mendadak pada Minggu (30/6/2024), setelah tiba-tiba jatuh di lapangan saat Kejuaraan Bulu Tangkis Asia Junior 2024 di Yogyakarta, Indonesia. Kematian mendadak ini tentu mengejutkan banyak pihak, mengingat kondisi kesehatan yang biasanya sangat terjaga pada atlet profesional.
Kabid Humas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Broto Happy, mengonfirmasi bahwa Zhang Zhi Jie meninggal karena mengalami henti jantung mendadak, setelah dirawat di RSPAU Dr S Hardjolukito dan dirujuk ke RSUP Dr Sardjito.
Hal ini tentu saja menjadi pelajaran bahwa pentingnya pemahaman mendalam akan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung pada atlet.
Baca juga: Kenali Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung, Jangan Sampai Keliru!
Penyebab Henti Jantung pada Atlet
Penyebab henti jantung pada atlet dapat bervariasi dan meliputi beberapa faktor yang perlu dipahami secara mendalam, berikut penjelasannya:
1. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVK) adalah kondisi dimana dinding otot pada ventrikel kiri jantung mengalami penebalan atau pembesaran. Pada atlet, HVK sering terjadi sebagai respons adaptasi terhadap latihan fisik yang intens dan teratur. Hal ini Ini dapat menyebabkan perubahan struktural pada jantung dan mempengaruhi fungsi pemompaan darah.
2. Aritmia
Atlet sering mengalami gangguan irama jantung atau aritmia karena stres fisik yang tinggi. Aritmia dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur atau terlalu cepat, yang dalam beberapa kasus dapat berujung pada henti jantung.
3. Kelainan struktural jantung
Beberapa atlet mungkin memiliki kelainan jantung bawaan atau didapat yang tidak terdiagnosis, seperti penyakit katup atau kelainan struktural lainnya. Ini dapat meningkatkan risiko komplikasi jantung saat berolahraga.
4. Stres psikologi dan fisik
Persaingan tingkat tinggi dan tekanan untuk performa maksimal dapat menyebabkan stres psikologis yang berdampak pada kesehatan jantung. Selain itu, latihan fisik yang ekstensif juga dapat meningkatkan stres fisik pada jantung.
5. Pola makan dan hidrasi
Diet yang tidak seimbang dan kurangnya hidrasi yang memadai juga dapat mempengaruhi kesehatan jantung atlet. Kekurangan elektrolit dan nutrisi penting dapat menyebabkan gangguan pada fungsi jantung.
6. Penggunaan suplemen dan doping
Beberapa suplemen atau zat doping yang tidak diatur dapat memiliki efek samping yang merugikan pada kesehatan jantung. Misalnya, steroid anabolik dapat menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi) dan perubahan struktural pada jantung yang meningkatkan risiko henti jantung. Oleh sebab itu, penggunaan suplemen atau doping dalam dunia olahraga harus dikelola dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
7. Genetika dan riwayat keluarga
Faktor genetika memainkan peran penting dalam kesehatan jantung seseorang. Riwayat keluarga dengan riwayat penyakit jantung atau gangguan jantung tertentu dapat meningkatkan risiko henti jantung pada atlet.
Oleh sebab itu, pentingnya pemantauan kesehatan secara rutin dan pendekatan holistik terhadap kesehatan atlet tidak dapat dilebih-lebihkan.
Baca juga: 7 Manfaat Olahraga Lari untuk Kesehatan dan Kebugaran Tubuh. Mencegah Risiko Jantung Koroner.
Pertolongan Pertama yang Perlu Dilakukan
Dilansir dari Detik.com, Spesialis jantung dr Berlian Idriansyah Idris menekankan pentingnya memberikan pertolongan pertama yang cepat dan tepat pada atlet ketika mengalami henti jantung. Salah satunya yatu dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Berikut ini langkah-langkah melakukan RJP:
- Pastikan lingkungan aman. Pastikan lingkungan sekitar aman untuk Anda dan korban. Jika ada bahaya (misalnya lalu lintas, api), pindahkan korban ke tempat yang aman sebelum memulai RJP.
- Cek respon korban. Goyangkan perlahan bahu korban dan panggil namanya dengan keras (“Apakah Anda baik-baik saja?”). Periksa apakah ada respons dari korban seperti gerakan atau suara.
- Periksa pernapasan. Lihat, dengar, dan rasakan pernapasan korban selama tidak lebih dari 10 detik. Atau minta seseorang untuk membantu memeriksa pernapasannya. Jika tidak ada tanda-tanda pernapasan normal (seperti gerakan dada yang teratur), lanjutkan ke langkah berikutnya.
- Mula kompresi dada. Letakkan korban telentang di permukaan yang keras. Tempatkan telapak tangan Anda di tengah dada korban, tepat di antara kedua puting susu. Luruskan lengan Anda dan lakukan tekanan kompresi dada dengan kedalaman sekitar 5-6 sentimeter (sekitar 2 inci).
- Frekuensi kompresi. Lakukan kompresi dada dengan kecepatan sekitar 100-120 tekanan per menit. Anda bisa mengikuti irama lagu “Stayin’ Alive” oleh Bee Gees sebagai panduan ritme kompresi. Lanjutkan melakukan kompresi dada secara terus menerus dengan rasio 30 kompresi dada untuk 2 napas. Jika Anda tidak terlatih memberikan napas bantuan, fokuslah pada kompresi dada yang berkelanjutan.
- Gunakan Defibrilator AED (jika tersedia). Jika defibrilator otomatis eksternal (AED) tersedia, ikuti instruksi penggunaan AED untuk membantu memulihkan detak jantung korban.
- Teruskan pemantauan dan bantuan medis. Setelah bantuan medis tiba, lanjutkan dengan instruksi mereka atau lanjutkan dengan RJP sampai mereka menggantikan Anda.
Bagaimana Mencegah Terjadinya Henti Jantung?
Untuk menghindari terjadinya henti jantung pada atlet, tentu ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Salah satu yang paling utama yaitu atlet harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin, termasuk pemeriksaan jantung dan tes fisik lainnya untuk mendeteksi dini potensi masalah kesehatan.
Atlet profesional atau mereka yang berolahraga secara rekreasi harus memiliki pemahaman tentang kondisi jantung mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk mengenali potensi masalah jantung dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat sebelum masalah tersebut berkembang menjadi henti jantung.
Selain itu juga penting untuk mengatur intensitas latihan secara bertahap dan sesuai dengan kondisi fisik atlet. Jangan terlalu memaksakan diri dalam latihan yang terlalu intens.
Pastikan ada protokol penanganan darurat yang jelas dan tim medis yang siap dalam setiap acara olahraga atau latihan, termasuk keberadaan defibrilator otomatis eksternal AED (Automated External Defibrillator). AED dapat dengan cepat mendeteksi detak jantung yang tidak normal atau aritmia yang memerlukan defibrilasi. Hal ini memungkinkan penanganan awal yang lebih efektif dan cepat.
Baca juga: Nyeri Dada Sebelah Kiri Tanda Penyakit Jantung, Berbahaya?
Kesimpulan
Kematian mendadak Zhang Zichie adalah pengingat yang menyedihkan tentang pentingnya pemantauan kesehatan yang ketat bagi atlet profesional. Melalui pemahaman mendalam akan faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap henti jantung pada atlet, kita dapat memperkuat upaya pencegahan dan pengelolaan risiko kesehatan mereka.
Pemeriksaan kesehatan rutin, edukasi yang tepat, dan pemantauan medis yang cermat adalah kunci untuk menjaga kesehatan jantung dan kesejahteraan atlet di masa depan
Insan Medika adalah perusahaan home care terbaik di Indonesia yang telah banyak mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Terdapat 4 layanan keperawatan profesional: PERAWAT MEDIS, PERAWAT ORANG SAKIT, PERAWAT LANSIA dan PERAWAT DISABILITAS. Pemesanan cepat, harga transparan dan garansi tak terbatas. Hubungi sekarang!
REFERENSI
Detik.com (2024). Zhang Zhi Jie Meninggal Henti Jantung, Kenali Penyebab dan Pertolongan Pertamanya. Diakses pada 5 Juni 2024.
Maron, B. J., & Pelliccia, A. (2006). The heart of trained athletes: cardiac remodeling and the risks of sports, including sudden death. Circulation, 114(15), 1633-1644. Diakses pada 5 Juni 2024.
WHO (2021). Factors of cardiac diseases – Facts about cardiac diseases. Diakses pada 5 Juni 2024.
Mayo Clinic (2023). Youth athletes shouldn’t skip a beat when it comes to heart health. Diakses pada 5 Juni 2024.