Proses penyembuhan luka adalah proses yang komplek dari sel-sel tubuh dalam memperbaiki integritas kulit dengan pendekatan multidisiplin. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka diantaranya adalah nutrisi.
Pengertian Diet
Diet di kalangan masyarakat umum diartikan tidak makan atau cara menurunkan berat badan padahal arti sebenarnya adalah pengaturan makan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh. Menurut Hartono (2000), diet diartikan sebagai pengaturan jenis dan jumlah makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan serta nutrisi dan membantu menyembuhkan penyakit. Dengan demikian, diet tidak hanya ditujukan untuk menurunkan berat badan akan tetapi untuk menjaga kesehatan atau mencegah penyakit dan mendukung proses kesembuhan dari penyakit yang dialami.
Prinsip Diet Umum
Diet sangat diperlukan dalam mendukung kesehatan seseorang. Adapun tujuan dari diet antara lain :
- Memperoleh status gizi yang baik
- Memperbaiki defisiensi gizi
- Mengistirahatkan organ tubuh
- Menyesuaikan asupan atau intake dengan kemampuan tubuh dan,
- Mengubah berat badan bila diperlukan
Secara umum diet dilakukan dengan mengatur pola makan dari mengatur jenis makanan, jumlah dan jadwal makanan untuk menjaga kesehatan. Pengaturan pola makan dapat dilakukan dengan mengukur kebutuhan kalori tubuh. Pengukuran kalori dilakukan dengan mengukur berat badan ideal seseorang. Rumus Brocca digunakan untuk mengukur berat badan ideal.
BB Ideal = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm dimodifikasi menjadi :
BB Ideal = (TB dalam cm-100) x 1 kg.
Berat badan tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori per hari. Kebutuhan kalori pada wanita yaitu 25 kkal/KgBB Ideal dan pria 30 kkal/KgBB Ideal (Soegondo, Soewondo dan Subekti, 2015). Kebutuhan kalori tersebut perlu ditambahkan jika ada infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh, sehingga jumlah kalori ditambah 13% dari total kalori setiap peningkatan satu derajat celcius. Apabila ada luka akut atau kronis maka kebutuhan kalori bertambah. Selain mengatur pola makan dan mengetahui jumlah kalori yang diperlukan, maka perlu dilakukan pengkajian nutrisi juga.
Prinsip Diet pada Luka Akut dan Kronis
Luka akut atau kronis dapat mengubah bebrapa fungsi organ tubuh yang berpengaruh pada proses penyembuhannya. Metabolisme tubuh akan berubah dalam usaha meningkatkan energi tersebut juga mengubah kebutuhan nutrisi sebagai salah satu komponennya, meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Setiap tahap proses penyembuhan luka akan membutuhkan beberapa nutrisi yang tepat dalam jumlah cukup untuk mencegah proses penyembuhan terhambat.
Kondisi cedera seperti adanya luka membutuhkan kalori dan substrat (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) lebih banyak untuk proses penyembuhan. Kebutuhan kalori untuk penyembuhan luka optimal menurut the American Society for Parenteral and Enteral Nutrition and the Wound Healing Society sekitar 30-35 kkal/kg/hari. Karbohidrat dibutuhkan satu setengah sampai tiga perlima (60%) dari total kalori untuk dapat membentuk energi yang digunakan dalam proses fagositosis dan pembentukan kolagen. Lemak dibutuhkan sekitar 20%-25% untuk pembentukan dan stabilisasi membran sel serta berperan dalam respon inflamasi. Protein juga membutuhkan sekitar 20%-25% untuk perbaikan dan sintesis enzim yang terlibat dalam proses penyembuhan luka, multiplikasi sel dan sintesis kolagen serta jaringan konektif.
Beberapa vitamin dan mineral menjadi penunjang dan peran penting dalam proses penyembuhan luka selain karbohidrat, lemak dan protein. Vitamin digunakan untuk perbaikan jaringan dan proses regenerasi. Vitamin C salah satu contoh yang berperan dalam proses sintesis kolagen dan absorbsi zat besi. Zat besi sendiri juga merupakan salah satu mineral yang berperan dalam proses pembentukan kolagen dan fagositosis.
Kesimpulan
Nutrisi adalah salah satu bagian yang esensial dalam proses penyembuhan luka. Setiap tahapan proses penyembuhan memerlukan nutrisi untuk mempercepat prosesnya dan luka cepat menutup. Luka kronis memiliki kebutuhan nutrisi yang dihitung dari kebutuhan kalori lebih banyak dari luka akut karena memiliki risiko terjadinya infeksi.
Keseimbangan kebutuhan nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta vitamin dan mineral perlu menjadi pertimbangan dalam perawatan luka. Alat pengkajian nutrisi dapat digunakan pada pasien dengan luka akut dan kronis untuk mengidentifikasi risiko terjadinya malnutrisi yang menghambat proses penyembuhan luka. Beberapa nutrisi yang penting untuk proses penyembuhan luka yaitu ; protein dan vitamin C untuk sintesis kolagen, vitamin A berperan dalam respon inflamasi dan epitelisasi, dan zinc sintesis protein serta pembentukan kolagen.
Referensi
Baranoski,S., & Ayello, E.A 2012. Wound Care Essentia:Practice Principles. 3th Edition. New York:Lippincott Williams and Wilkins. Gray,D.,dan Cooper,P.2001. Nutrition and Wound Healing:What is the link?.J Wound Care, 10(3):86-89. Hartono,A.2000.Asuhann Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis, Kenseling dan Preskripsi.Ed 2. Jakarta:ECG. Johnston, E.2007.The Role of Nutrition in Tissue Viability. Wound Essentials, 2:10-20. Proverawati,A., dan Wati.E.K. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Quain,A.M dan Khardori,N.M. 2015. Nutrition in Wound Care Management: A Comprehensive Overview. Wounds, 27(12):327-335.