Dalam jurnal yang diterbitkan oleh The Lancet Respiratory Medicine melaporkan setidaknya terdapat lebih dari 1.000 kasus baru muncul akibat rokok elektronik atau vape di Amerika Serikat sejak Juni 2019.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) seperti yang dilaporkan oleh Morbidity and Mortality Weekly Report penyakit akibat vape ini disebut dengan E-Cigaretter or Vaping Product use Associated Lung Injury (EVALI).
Evali dapat menyebabkan penderitanya mengalami masalah pada saluran pernapasan dengan gejala seperti batuk, nyeri dada, sesak napas hingga menyerupai penyakit pneumonia.
Baca nanti: Sering Mengkonsumsi Minuman Manis? Hati-Hati 5 Penyakit Kronis Berikut Ini
Tidak hanya itu saja, dikutip dari Liputan6.com gejala lainnya dapat berupa sakit perut, mual, muntah, diare, demam, kedinginan hingga penurunan berat badan.
Kian hari jumlah korban akibat vape atau rokok elektrik di negeri Paman Sam tersebut terus bertambah, dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh CDC pada 20 November 2019 yang lalu telah tercatat sebanyak 2,290 kasus.
Para ahli menduga kandungan Tetrahydrocannabinol (THC) sebuah bahan psikoaktif yang banyak ditemukan pada ganja ini menjadi salah satu penyebab penyakit Evali.
Berdasarkan laporan penelitian yang diterbitkan di NCBI sebanyak 76,9% korban mengaku menggunakan produk dengan tambahan kandungan THC dan sisanya dilaporkan hanya menggunakan produk dengan kandungan nikotin.
Pengidap Evali rata-rata menyasar remaja 13 tahun, meski begitu orang dewasa dan orang tua (lansia) pun dapat menderita penyakit akibat vape atau rokok elektrik ini.
CDC dalam laporannya yang telah diperbarui pada 1 November 2019 terus berupaya untuk melakukan berbagai uji laboratorium untuk mengetahui kandungan apa yang menyebabkan Evali dengan mengambil sampel cairan di dalam paru-paru, darah dan urin pasien.
Saat ini CDC menghimbau masyarakat Amerika Serikat untuk tidak lagi menghisap rokok elektrik atau vape terutama yang memiliki kandungan THC atau produk yang tidak resmi.
Di Indonesia sendiri belum banyak penelitian atas bahaya vape dan belum ada kasus Evali yang dialami oleh masyarakat. Penasihat Asosiasi Vaper Indonesia (AVI), Dimasz Jeremia mengatakan bahwa banyaknya kasus di AS tersebut bukan disebabkan oleh vape melainkan karena adanya kandungan narkoba jenis ganja, dilansir dari detikHealth.com.
Baca juga:
- Bronkitis: Jenis, Penyebab, Gejala, Pengobatan dan Pencegahan
- Benarkah Jilatan Kucing Bermanfaat untuk Kulit Wajah dan Efektif Atasi Jerawat?
- Asma: Penyebab, Gejala, Pengobatan dan Pencegahan