Joker adalah sosok antagonis dalam serial Batman di film-film sebelumnya, siapa sangka jika Joker mempunyai sisi jahat dikarenakan lingkungan dan suatu penyakit?
Dalam film Joker yang telah dirilis pada 2 Oktober 2019 ini menyuguhkan latar belakang munculnya sosok Joker yang selama ini berseteru dengan Batman.
Disutradarai oleh Todd Philips, film Joker mampu mendapatkan nilai 9,0/10 di situs IMDb, artinya film ini sukses mencuri perhatian positif dari para penonton.
Apa yang membuat film Joker 2019 ini mendapatkan perhatian luar biasa dari para penonton? Salah satunya adalah adanya pesan kesehatan mental (mental health) dan kekerasan fisik atau verbal (bullying).
Dikisahkan jika Joker mengidap pseudobulbar affect (PBA) yang mana penyakit mental ini akan menimbulkan reaksi suka tertawa atau menangis di waktu yang tidak tepat.
Baca nanti:
- Begini Cara Menangani Penderita Alzheimer Yang Baik dan Benar
- Jangan Biarkan Orang Tua Kita Terkena Alzheimer dan Demensia. Berikut Gejala dan Pencegahannya
- 5 Daftar Penyakit Kronis Lansia Ini Akan Kita Alami Saat Menua. Sudah Siapkah Kamu?
Apa itu Pseudobulbar Affect (PBA)?
Pengertian penyakit Pseudobulbar Affect (PBA) adalah sebuah kondisi yang menyebabkan seseorang dapat tertawa atau menangis secara spontan baik tak disengaja (tanpa sebab) atau karena kekacuan pada saraf otak.
Dalam dunia medis, PBA juga disebut dengan Pathological Laughter and Crying (PLC). Gejala utama dari penyakit mental ini dapat dilihat dari ekspresi emosi yang ditampilkan oleh sang penderita, mereka dapat tertawa atau menangis tanpa melibatkan perasaan mereka sendiri (tak terkontrol).
Oleh sebab itu dalam beberapa adegan film Joker menampilkan sosok Arthur Fleck yang tiba-tiba tertawa di waktu dan kondisi yang tidak tepat.
Pertama, adegan saat Arthur Fleck tertawa di dalam bus, hal ini seharusnya tidak terjadi pada orang normal. Begitu pula saat ia dipukuli oleh beberapa pria di dalam kereta karena ia tertawa tanpa ada hal lucu.
Kedua, ketika Joker menatap cermin dan menarik kedua bibirnya untuk menampilkan ekspresi tertawa namun ia malah meneteskan air mata tanpa diinginkan.
Gejala Pseudobulbar Affect (PBA)
Gejala penyakit mental PBA umumnya dapat didiagnosa sendiri namun lebih baik untuk melakukan konsultasi dan diagnosa dari dokter atau psikiater.
Tingkat kesadaran atas penyakit PBA di Indonesia masih sangat minim, oleh sebab itu lebih baik segera membawa sang pengidap PBA ke dokter, jangan malah ke dukun.
Gejala paling mencolok dari penyakit mental Pseudobulbar Affect adalah seseorang dapat tertawa dan menangis berlebihan tanpa bisa ia kendalikan.
Kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa menit saja, berbeda dengan orang yang mengalami depresi yang dapat terjadi lebih panjang dan berlarut-larut.
Selain itu, orang dengan kelainan mental PBA tetap mempunyai kesadaran dan emosi yang normal namun sesekali dapat kambuh
Penyebab Pseudobulbar Affect (PBA)
Kondisi tertawa dan menangis dalam waktu bersamaan membuat penderita penyakit ini tidak nyaman berada dalam keramaian dan cenderung mengurung diri.
Di Indonesia penderita pseudobulbar affect mencapai kurang dari 150 ribu kaus per tahun, sedangkan di Amerika Serikat jumlah penderitanya cukup banyak, yaitu sekitar 2 juta pengidap PBA.
Tidak berhenti di situ, jumlah orang yang telah menunjukkan gejala PBA di Negeri Paman Sam ini telah mencapai enam juta orang. Sungguh mencengangkan.
Salah satu gejala yang mengarah ke penyakit mental PBA adalah delusi yang dapat membuat pengidapnya tidak bisa membedakan mana hal yang nyata dan halusinasi.
Bahkan penderitanya dapat meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi, jika hal ini terus berlanjut maka akan muncul penyakit baru yaitu Skizofrenia.
Melihat betapa seriusnya penyakit mental ini, memang penyebab penyakit Pseudobulbar Affect dan Skizofrenia ini apa sih?
1. Genetik atau keturunan
Dalam film Joker ini dikisahkan jika sang ibu, Penny Fleck telah mempunyai gangguan delusi atau skizofrenia yang mana gejalanya cukup parah.
Ia sangat meyakini sesuatu yang ada dipikirannya hingga membuat Arthur Fleck pun percaya. Seseorang yang mengalami skizofrenia dapat memengaruhi dan mengembangkan efek penyakit ini ke orang lain.
2. Biologis
Sebuah penelitian menemukan bahwa penyakit saraf otak yang menyebabkan gangguan delusi dipengaruhi oleh ketidakseimbangan zat kimia yang ada di dalam otak (neurotransmitter).
Selain itu, penyakit seperti Stroke, Alzheimer, Parkinson, Demensia, Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), Multiple Scerosis (MS) dan tumor otak meningkatkan potensi mengidap PBA.
3. Trauma akibat cidera serius
Pernah mengalami trauma yang menyakitkan baik secara fisik atau pun psikis dapat meningkatkan risiko mengalami PBA.
Dalam film Joker menampilkan adegan di mana Arthur Fleck di masa kecilnya pernah mengalami cidera kepala.
4. Psikologis dan lingkungan
Seseorang yang mempunyai tingkat stres berat dapat berujung pada kelainan mental seperti delusi. Penyebabnya juga bisa berasal dari lingkungan yang buruk.
Gejala yang paling umum adalah lebih nyaman mengisolasi diri, tidak bisa mengelola suasana hati hingga muncul keadaan di mana mudah marah dan sedih.
Ia juga mengalami delusi seperti berkhayal atau halusinasi, meyakini telah melihat, mendengar dan merasakan sesuatu yang tidak pernah terjadi.
Mengatasi penyakit Pseudobulbar Affect dan skizofrenia
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit mental ini adalah dengan menyadarinya, baik secara pribadi dan melakukan konsultasi kepada dokter atau para ahli psikolog klinis, ahli saraf, psikiater dan penyedia layanan perawatan primer.
Dokter akan memberikan obat-obatan seperti Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif (SSRI) untuk menghilangkan gejala depresi atau rasa cemas dan pemberian obat Antidepresan untuk mencegah dan meredakan depresi hingga meningkatkan mood (perasaan).
Selain menggunakan obat, tindakan dan kesadaran pribadi atas penyakit ini harus dilakukan seperti mengubah gaya hidup atau perilaku.
Mulai untuk melakukan relaksasi atau menenangkan diri dengan mengatur pernapasan, meditasi, yoga atau melakukan hobi terutama ketika gejala PBA muncul.
Anda membutuhkan layanan perawat home care untuk merawat orang dengan penyakit alzheimer, demensia, kanker, tumor, diabetes dan sejenisnya di rumah sendiri? Insan Medika sebagai perusahaan home care terbaik di Indonesia siap memberikan yang terbaik. Pemesanan cepat, harga transparan dan garansi tak terbatas. Pesan sekarang!
Baca juga:
- Kenali Kanker Tulang Dari Jenis, Gejala dan Pengobatannya Berikut Ini
- Sindrom Sundowning: Lansia Sering Marah-Marah Saat Sore dan Malam Hari
- Apa itu Silent Stroke? Berikut Pengertian, Gejala dan Penyebabnya